Bowls of Happiness

Welcome

The Origins of Ramen: A Cultural History

Ramen, a beloved staple in Japanese cuisine, has an intricate history that is deeply entwined with cultural exchanges between China and Japan. Its origins can be traced back to Chinese noodle dishes, which were introduced to Japan in the late 19th century. During this time, Japan was undergoing significant modernization, and it was under the influence of Western culture that the transformation of ramen began. The early iterations of ramen were simple, consisting of wheat noodles served in a clear broth, often accompanied by a handful of toppings.

The first documented reference to ramen can be found in the 1910s, but it was not until the post-World War II era that the dish gained immense popularity. The introduction of wheat flour from the United States during the war facilitated the widespread consumption of ramen noodles. This era also saw the emergence of styles such as shoyu (soy sauce) and miso ramen, reflecting regional preferences and local ingredients. The versatility of ramen allowed it to quickly adapt to various tastes and culinary practices, making it a staple across the archipelago.

Regional adaptations further enriched the ramen landscape, with each area of Japan contributing its unique spin on this dish. For instance, Sapporo is famous for its rich miso ramen, while Hakata is known for its tonkotsu (pork bone) variant. These regional differences not only highlight the local ingredients used but also demonstrate the cultural significance of ramen as a dish that is reflective of Japan’s diverse geography and history. In this way, ramen transcends mere sustenance, becoming a cultural phenomenon that tells the story of Japan’s culinary evolution.

Thus, from its humble Chinese beginnings to its establishment as a beloved element of Japanese culture, ramen represents a delicious journey of adaptation and integration, encapsulating the essence of both culinary tradition and social change over time.

Bowls of Happiness: A Journey into Japanese Ramen

Explore the fascinating origins and cultural history of ramen, a staple of Japanese cuisine. From its Chinese roots introduced in the 19th century to its post-war popularity, discover how regional variations and unique ingredients contribute to the beloved dish. Learn about the art of ramen making, the diversity of flavors across Japan, and the social experience of enjoying ramen, connecting people over bowls of this iconic noodle soup. Join us on a culinary journey that celebrates the depth and richness of ramen culture, revealing its place in both Japan and the global food scene.

Singapura menjadi salah satu negara favorit bagi sebagian pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi.

Alasannya, karena di negara ini ada beberapa universitas ternama di dunia yang memiliki fasilitas dan sistem akademik terbaik.

Berkat sistem pendidikan yang maju dan akreditasi universitas yang berkualitas, Singapura menjadi salah satu negara pilihan untuk menimba ilmu.

 

Sebelum Anda berkuliah di Singapura, ada baiknya untuk mendapatkan informasi seputar biaya hidup di sana.

Lantas berapa perkiraan biaya hidup untuk berkuliah di Singapura pada 2024 ini? Berikut adalah informasi lengkapnya:

Baca juga: USU kampus riset terbaik 4 di Indonesia versi Scimago 2024

 

1. Biaya kuliah di Singapura

 

Setiap universitas dan jenjang studi memiliki biaya yang berbeda-beda, tergantung pada pilihan masing-masing.

Oleh karena itu, biaya kuliah tidak dapat disamakan antar universitas, baik untuk jenjang D3, S1, maupun S2. Berikut adalah rincian biaya kuliah di Singapura untuk satu tahun di beberapa universitas.

 

• Nanyang Technological University (NTU) : SGD 17.550 hingga SGD 38.200 (Rp206.984.524 – Rp450.530.418).
• National University of Singapura (NTU) : SGD 17.550 hingga SGD 36.830 (Rp206.984.524 – Rp434.372.651).
• Singapura Management University (SMU) : SGD 24.500 hingga SGD 44.770 (Rp288.952.755 – Rp528.016.932).

 

2. Biaya tempat tinggal

 

Mahasiswa umumnya mencari tempat tinggal yang dekat dengan kampus untuk mengurangi biaya transportasi dan pengeluaran lainnya. Oleh karena itu, pilihan tempat tinggal harus sesuai dengan kebutuhan individu agar dapat memberikan kenyamanan saat menyelesaikan tugas studi.

 

• Asrama mahasiswa

 

Untuk menghemat biaya dalam pengeluaran tempat tinggal salah satunya dengan memanfaatkan asrama mahasiswa.

Baca juga: Prabowo tambah fakultas baru di Unhan untuk cetak lulusan terbaik

Dengan hunian terjangkau serta praktis dan dekat kampus pastinya tidak memerlukan biaya yang besar dan untuk kisaran biaya biasanya sesuai dengan keputusan masing-masing kampus.

Secara umum biaya asrama mahasiswa sekitar SGD 500 hingga SGD 2.000 (Rp5.896.995 – Rp23.587.980) per bulan.

 

• Paying guest

 

Dalam hunian ini merupakan sistem sewa dengan cara menyewa satu kamar di apartemen pribadi atau HBD flat miliki orang lain. Untuk segi penyewaan biasanya memiliki harga kisaran yang cukup hemat dibanding harus menyewa apartemen.

Biaya paying guest sekitar SGD 1.200 hingga SGD 2.220 (Rp14.152.788 – Rp26.182.657).

 

3. Biaya bahan baku (makanan dan minuman)

 

Biaya untuk makan di Singapura memiliki biaya yang bervariatif tergantung dari segi pola makan setiap orang. Untuk makan di restoran Anda akan dikenakan biaya sekitar SGD 14.5 – SGD 25 (Rp171.012 – Rp294.849) hanya untuk sekali makan.

Untuk lebih hemat nya lagi jika kamu membeli kebutuhan pokok untuk stock dan masak, sehingga dapat menghemat biaya pengeluaran serta untuk sebagai gambaran dalam membeli bahan bahan baku, yaitu diantaranya.

 

• Beras 1kg : SGD 3.87 (Rp45.642).
• Susu biasa 1 liter : SGD 3.62 (Rp42.694).
• Telur biasa isi 12 : SGD 4.39 (Rp51.775).
• Fillet ayam 1kg : SGD 12.59 (Rp148.486).
• Roti tawar 500gram : SGD 2,77 (Rp32.669).
• Kentang 1kg: SGD 3.07 (Rp36.207).
• Air botol 1,5 liter : SGD 5.61 (Rp66.164).

Baca juga: 15 universitas terbaik Indonesia 2024 versi Webometrics

 

4. Biaya transportasi

 

Singapura memiliki banyak sistem transportasi umum yang cukup lengkap serta mudah diakses untuk melakukan bepergian kemana pun.

Untuk mahasiswa biasanya menggunakan transportasi umum Transit Link yang memberikan kemudahan selama berkegiatan setiap harinya serta biaya transportasi ini sekitar SGD 29-49 (Rp342.025 – Rp577.905) per minggunya.

Namun, tak hanya itu saja transportasi umum seperti:

 

• Bis : SGD 1.4 (Rp16.511).
• Taxi : SGD 6 (Rp70.763)
• LRT/MRT : SGD 1 (Rp11.793).

 

5. Biaya asuransi

 

Selama menetap di Singapura pastinya setiap orang memerlukan asuransi untuk berjaga-jaga selama melanjutkan kuliah. Karena asuransi sangatlah penting dalam menjaga diri dari hal yang tidak diinginkan.

Untuk asuransi di Singapura sangatlah beragam tergantung dengan keinginan yang Anda ambil dan sesuai dengan premi baik itu bulanan ataupun tahunan. Rata-rata asuransi di Singapura sekitar SGD 2.150 hingga SGD 3.300 (Rp25.357.078 – Rp38.920.167).